INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

ADU KUAT BEKAS KOMBANTAN (EKS.GAM)

KantoMaya News -- Genderang perang semakin riuh terdengar saat Zaini Abdullah menyatakan hasrat untuk kembali menduduki jabatan Gubernur Aceh. Banyak orang yang terkejut karena dalam banyak kesempatan, Zaini berulang kali menyatakan tak ingin maju menjadi gubernur lagi.

Dalam pertemuan dengan wartawan di Gedung Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), pertengahan Agustus 2014, dari atas mimbar, Zaini meminta orang-orang yang mengincar jabatannya untuk bersabar. Kepada wartawan, Zaini mengatakan akan menyudahi kepemimpinannya pada 2017.

Itu dulu. Kini Zaini harus bersaing tidak hanya dengan satu bekas kombatan untuk kembali menjadi orang nomor satu. Lawan pertamanya adalah Muzakir Manaf, sang wakil. Ketua Partai Aceh ini pernah bergandengan tangan dengan Zaini saat berlawanan dengan Irwandi Yusuf, jagoan Gerakan Aceh Merdeka untuk urusan agitasi dan propaganda saat konflik berkecamuk di Aceh.

Lawan lain adalah Zakaria Saman alias Apa Karya. Tuha Peut ini bakal bernasib sama dengan Zaini Abdullah karena belum ada partai politik yang meminangnya. Berbeda dengan Zaini, yang didukung dengan kekuatan pemerintah sebagai incumbent, Zakaria Saman harus benar-benar bekerja lebih keras karena dukungan akan terpecah ke banyak calon. Terutama Irwandi Yusuf.

Pengalaman Irwandi sebagai Gubernur Aceh pertama dari GAM usai penandatanganan perjanjian damai jelas tak bisa dipandang sebelah mata. Dia juga memiliki mesin politik; Partai Nasional Aceh. Kekalahan dari Zaini dan Muzakir di pilkada lalu jelas menjadi cemeti untuk tak lagi gagal kali ini.

Sosok lain, yang baru saja mendeklarasikan keinginan untuk menjadi Gubernur Aceh adalah Farhan Hamid. Bekas Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Aceh ini didukung oleh Partai Amanat Nasional, yang sebelumnya menyatakan dukungan kepada kepada Muzakir Manaf. Dia juga didukung kekuatan politik keluarganya. Adiknya, Muntasir Hamid, adalah pentolan Partai Golongan Karya Aceh yang membuat gaduh gedung dewan Aceh.

Calon lain yang menjadi kuda hitam adalah Tamizi A Karim. Pejabat sementara Gubernur Kalimatan Selatan ini memiliki sederet pengalaman menjadi gubernur, mesti hanya sementara. Tarmizi pernah menjadi pejabat Gubernur Kalimatan Timur dan pejabat Gubernur Aceh. Dia juga pernah menjabat sebagai Bupati Aceh Utara. Mesin politik Tarmizi dibidani oleh Sofyan Daud, mantan kombatan GAM yang berafiliasi ke Irwandi Yusuf.

Konfigurasi politik Aceh menjelang 2017 ini akan mendorong atmosfir politik Aceh memanas. Karena semua kandidat itu mengandalkan mesin GAM sebagai motor, entah yang bergabung di PA atau PNA. Irwandi dan Sofyan bahkan terang-terangan mengunjungi Nurdin bin Ismail alias Din Minimi. Sosok ini menjadi komoditas politik panas karena perlawanan bersenjata melawan Pemerintah Aceh yang dipimpin oleh Zaini dan Muzakir.

Genderang perang ditabuh semakin kencang, hal ini akan memicu turbulensi dan kegaduhan politik Aceh. Sepanjang pihak-pihak berhasrat tak menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan, pertarungan ini tentu menjadi tontonan yang mengasyikkan. Karena apapun hasilnya, tak ada yang lebih berharga dari harkat dan nyawa manusia.

Ajnn.net
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :