INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Menggunakan Ganja Mengakibatkan Pemakai Akan Terganggu Emosinya

Menggunakan Ganja Mengakibatkan Pemakai Akan Terganggu Emosinya
KantoMaya News -- Ganja menjadi salah satu barang terlarang beredar di Indonesia. Hal itu dikarenakan dapat merusak mental dan otak.

Sebuah penelitian menemukan, menghisap ganja dapat mengubah kemampuan seseorang untuk memahami dan menilai emosi. Para penggunanya akan mengalami gangguan untuk mengenali, proses dan berempati dengan emosi manusia, termasuk kebahagiaan, kesedihan dan kemarahan.

Selain itu, hasil penelitian juga menunjukan bahwa otak mampu menangkal efek dari ganja, tergantung apakah emosi secara langsung atau tidak langsung terdeteksi.

Tetapi yang perlu dipahami adalah adalah kandungan biokimia kompleks pada ganja dan bagaimana hal itu memengaruhi otak.

Asisten profesor psikologi di Colorado State University Dr Lucy Troup telah menetapkan secara khusus bagaimana penggunaan ganja dapat mempengaruhi proses emosi seseorang.

Selama hampir 20 tahun penelitianya, Dr Troup dan mahasiswa pascasarjana-nya telah melakukan percobaan untuk mengukur aktivitas otak sekitar 70 relawan.

Dalam proses penelitian, Troup mengidentifikasi para pengguna menjadi ke dalam tiga bagian yaitu, pengguna kronis, moderat, dan non pengguna ganja. Peneliti juga melihat perubahan sikap terhadap pemakai yang disahkan oleh hukum hingga penggunaan ganja untuk medis.

Dalam penelitian yang dilakukan, tim peneliti melihat ekspresi wajah yang kemudian dibagi ke dalam kelompok yaitu netral, bahagia, takut dan marah.

Hasilnya, pengguna ganja menunjukkan respons yang lebih besar menampilkan ekspresi negatif, terutama wajah marah jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak menggunakan ganja.

Sementara itu, mereka yang menggunakan obat menunjukkan respons yang lebih kecil untuk ekspresi positif (wajah-wajah bahagia) dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Orang-orang yang mengambil bagian dalam studi juga diminta untuk memperhatikan emosi dan mengidentifikasi itu.

Para peneliti kemudian mencatat, dalam kasus tersebut pengguna dan non-pengguna ganja tidak bisa diberitahu terpisah. Tapi, ketika diminta untuk fokus pada wajah seks, pengguna ganja menampakan identifikasi emosi lebih rendah dibandingkan yang non pengguna ganja.

Berdasarkan fenomena tesebut, pengguna ganja menunjukan kemampuan yang secara secara implisit mengidentifikasi emosi. Sehingga para peneliti menilai bahwa pengguna ganja juga kurang mampu berempati dengan emosi.

Mereka mengatakan bahwa temuan tersebut tampaknya menunjukan kemampuan otak memproses emosi dipengaruhi oleh ganja. Tapi, ada kemungkinan beberapa kompensasi untuk melawan perbedaan itu.

HARIANACEH.co.id
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :