INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Citarasa herbal kopi ganja Aceh

Citarasa herbal kopi ganja Aceh
KantoMaya News -- Malam terus larut. Silih berganti pelanggan yang hendak menikmati secangkir kopi memadati salah satu warung kopi di Banda Aceh. Warung kopi ini menyediakan kopi arabika khas dataran tinggi Gayo yang memiliki cita rasa diakui dunia.

Pemilik warung kopi ini juga yang sering bereksperimen mencampurkan kopi arabika Gayo dengan biji ganja. Cara lain yang bisa dilakukan untuk menikmati kopi di Aceh.

Malam terus merambat pelan. Hilir mudik kendaraan pun kian sepi. Pelanggan setia warung kopi ini semakin berkurang, satu persatu beranjak dan meminta bil. Sambil tersenyum sumringah, pelanggan setia warung kopi ini berlalu menggunakan kendaraan masing-masing.

Pelanggan setia warung kopi ini rata-rata berusia muda. Selain disediakan minuman kopi, ada juga aneka jus dan makanan seperti burger, omelet dan sejumlah makanan lainnya.

Mesin kopi simoneli terletak rapi di atas meja. Melalui mesin ajaib itu, kopi arabika diseduhkan. Biasanya pelanggan sering menyebutkan kopi espresso atau sanger espresso (kopi dicampur sedikit susu), minuman khas Aceh. Kedua minuman inilah yang paling banyak digemari di Aceh, baik tua maupun muda.

Peracik kopi arabika itu sebut saja YW. Pria berusia 33 tahun ini dikenal di Banda Aceh lihai dalam meracik kopi arabika ganja. Meskipun dia tidak menjual secara terbuka. Penjualannya melalui proses jaringan khusus dan antar perkawanan.

Minum kopi di Aceh sudah menjadi tradisi secara turun temurun. Setiap orang, sebelum bekerja terlebih dahulu menyempatkan diri minum kopi, baik di rumah masing-masing maupun duduk di warung kopi. Tidak heran di Aceh ada ribuan warung kopi tersedia di setiap sudut.

Di Eropa, tradisi minum kopi ternyata juga sudah ada sejak berabad-abad lalu. Bahkan minum kopi untuk menyambut tamu atau sahabat dalam pertemuan tidak formal. Kemudian tradisi ini dikenal dengan coffee morning atau coffee party.

Budaya ini juga berlaku di Aceh. Setiap ada tamu khusus yang datang ke Aceh, dipastikan akan diajak ke warung kopi untuk menikmati arabika Gayo. Belum lengkap rasanya tamu atau sahabat yang datang dari luar Aceh belum mencicipi kopi arabika.

Faktor budaya seperti inilah kemudian, beberapa pemuda di Aceh melakukan eksperimen dengan mencampurkan kopi dengan ganja. Ini terjadi karena setiap tamu yang datang ke Aceh pasti akan bertanya di mana bisa mendapatkan ganja.

Mereka meminta oleh-oleh, baik makanan, aksesoris dan lainnya berbahan dasar ganja. Karena Aceh terkenal dengan daerah yang subur dan memiliki kualitas tinggi tumbuhan yang diharamkan oleh pemerintah ini.

"Sejak lama sudah ada campuran kopi dengan ganja. Biasanya ini untuk oleh-oleh teman yang datang ke Aceh," kata YW dalam perbincangan dengan merdeka.com beberapa waktu lalu.

YW menyebutkan, kopi campur ganja tidak berefek memabukkan. Bila belum terbiasa hanya berefek terserang kantuk dan kadang kala bisa berhalusinasi. "Bawaannya minta tidur siap minum kopi campur biji ganja itu," jelasnya lagi.

YW mengaku meracik kopi bercampur ganja sejak 2008 lalu. Ada ratusan langganan yang telah dia layani. Rata-rata langganannya orang luar Aceh, seperti dari Jakarta, Medan dan bahkan hingga ke luar negeri.

Harganya pun terbilang mahal, karena faktor risiko dan sulitnya mendapatkan bahan baku. Meskipun Aceh ladangnya ganja di Indonesia, mendapatkannya bukan seperti membeli sayur di pasar. Apa lagi sekarang kepolisian sedang gencar-gencarnya menangkap pemilik ladang ganja di Aceh.

Harga jual kopi bercampur ganja ini berkisar antara Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per kilogramnya. Ini tergantung dosis yang diminta oleh pelanggan. Dosis yang biasa dipergunakan yaitu 1 Kg kopi arabika dicampur dengan 2 ons biji ganja.

Menurut YW, bila campurannya terlalu banyak maka cita rasa kopi akan hilang. Tinggal hanya terasa rempah-rempah atau bau ganja. "Terlalu banyak gak enak lagi, kalau seimbang gitu bisa terasa seperti rasa herbal campur kopi," tukasnya.

Kopi ganja ini banyak masyarakat percaya ini bisa menjadi obat. Rata-rata yang memesan kopi ganja alasan untuk pengobatan alternatif. Penyakit yang dipercaya bisa disembuhkan seperti rematik, asam urat, darah manis, kencing manis dan bisa juga menjadi obat penenang. Namun secara klinis kepercayaan masyarakat ini belum dibuktikan oleh medis. Akan tetapi, sudah menjadi rahasia umum banyak juga masyarakat di Aceh mengonsumsi ganja untuk pengobatan alternatif.

YW mengaku pernah juga mencampurkan kopi arabika dengan akar ganja. Akar ganja dikenal di Aceh menjadi obat alternatif beberapa penyakit, termasuk untuk menurunkan panas tinggi pada anak-anak dan beberapa penyakit tersebut di atas.

Cara penyeduhannya, akar ganja itu direbus dan kemudian airnya diminum untuk pengobatan. Mekanisme kerja ini juga dilakukan oleh YW, mencampurkan ganja dengan kopi, karena sama-sama diseduhkan dengan air.

Masa kerajaan di Aceh dulu. Tanaman ganja itu menjadi penghias di halaman rumah. Tanaman ganja juga menjadi bumbu penyedap rasa setiap memasak. Termasuk untuk mempermudah matang daging saat dimasak dalam belanga besar.

Setelah pemerintah mengeluarkan aturan pelarangannya. Tumbuhan ini kemudian menjadi langka dan harganya melambung tinggi. Karena untuk menanam tanaman ini harus jauh dari pemukiman agar tidak diketahui oleh aparat kepolisian.

"Dulu ganja ini sangat mudah kita dapatkan. Depan rumah banyak yang tanam," terangnya.

Sejak setahun terakhir ini, YW mengaku sudah jarang meracik kopi ganja. Meskipun permintaan banyak tetapi karena bahan baku sudah sangat sulit didapatkan. Ia sudah menikah dengan gadis pujaannya, sehingga ia memutuskan untuk berhenti dan sekarang membuka warung kopi arabika

Merdeka.com
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :