INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Ini Cara Yusuf Mansur Kelola Beberapa Klub

KantoMaya News, Jakarta - Ustaz Yusuf Mansur sudah berhasil mendapatkan kepercayaan untuk mengelola beberapa klub di Liga Indonesia. Dia pun mengungkapkan caranya.

Persikota Tangerang, Persika Karawang, dan Malang United merupakan klub-klub yang akan dikelola oleh Yusuf Mansur. Pengambilalihan klub-klub itu dilakukan dalam kurun waktu tiga bulan, sejak Desember 2017.

Yusuf Mansur mengungkapkan alasan dirinya terjun ke dunia sepakbola tanah air. Indra Sjafri menjadi salah satu pemicunya.

"Pada Desember 2017, ada kabar bahwa coach Indra --sahabat saya-- tidak dipakai lagi oleh timnas. Saya menduga beliau akan mencari klub. Saya datang, kami ngobrol saya tawarkan sesuatu yang lebih gila dari sekadar mengasuh satu klub," kata Yusuf Mansur dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (27/2/2018) siang WIB.

"Saya tawarkan, mau 'ngga kalau menjadi ayah dari semua klub di Indonesia. Beliau bertanya bagaimana caranya. Ya kita masuk ke kota-kota dan kabupaten yang tak bisa membiayai lagi klubnya masing-masing lewat APBD. Dari situ kita masuk, coach," dia menambahkan.

Dengan kebutuhan dana operasional klub yang tidak sedikit, Yusuf Mansur mengungkapkan cara untuk mendapatkan dana segar. Klub-klub yang dikelolanya akan melakukan fundraising melalui reksa dana.

"Bayangan saya kami menjadi bapak angkat, bapak asuh, kakak angkat, kakak asuh buat klub sepakbola kota dan kabupaten kemudian kelak direksadanakan. Terus fun rising-nya dari masyarakat," kata Yusuf.

"Yang punya klub itu adalah masyarakat dan kota-kabupaten klub itu sendiri. Seperti Barcelona. Kalau ada sponsor yang masuk, akan mengurangi tiket penonton."

"Yang saya tawarkan itu strategi, yang saya tawarkan keyakinan, bahwa kalau saya pegang industri akan percaya. Contoh ada satu klub sepakbola hidup di kota di mana ada industri gede banget, menjadi konglomerat di Indonesia, tapi klubnya tidak ada duit. Dugaan saya sederhana saja, karena kepercayaan."

"Ada klub hidup di kota industri, perusahaan banyak, kok bisa tidak ada dana, itu kan masalah trust. Begitu saya masuk, anginnya menjadi baik. Kalau ustaz yang pegang, kita ikutan. Dan saya main ritel, kalau kebutuhan klub satu bulan maka tidak akan datang ke satu pengusaha. Banyak pengusaha kecil yang tak peduli namanya muncul, tapi yang penting klub kesayangannya tampil," dia menjelaskan.

detik.com
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :