KantoMaya News, BANDA ACEH – Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan Pemerintah Aceh dan Bank Indonesia (BI) untuk mengantisipasi lonjakan inflasi di akhir tahun yang sering terjadi di provinsi itu.

Pasalnya pengalaman tahun-tahun sebelumnya, angka inflasi Aceh relatif tinggi dalam kurun November dan Desember. Salah satunya dipengaruhi dari meningkatnya realisasi anggaran pemerintah jelang tutupnya tahun anggaran.

Kepala BPS Aceh Hermanto mengatakan, inflasi Aceh pada Oktober 2015 yang dihitung dari agregat indeks harga konsumen di tiga kota yaitu Banda Aceh, Lhokseumawe dan Meulaboh, masih tergolong aman yakni 0,17 persen.

Begitu juga dengan laju inflasi Aceh sepanjang 2015 sebesar 0,49 persen, dan inflasi secara year on year (Oktober 2014-Oktober 2015) yang mencapai 3,87 persen, masih berada di bawah rata-rata nasional.

“Tapi perlu diingat pengalaman tahun lalu, November dan Desember punya potensi inflasi yang lebih tinggi. Pemerintah Aceh dan BI saya kira perlu mengantisipasi ini. Ini fenomena musiman,” katanya di Banda Aceh, Selasa (3/11/2015).

Pada Oktober tahun lalu, Aceh mengalami inflasi 0,48 persen. Kemudian dalam dua bulan berikutnya hingga tutup tahun angka inflasi naik hingga hampir mencapai dua digit. Bahkan laju inflasi tahun 2014 mencapai 8,09 persen saat itu.

Salah satu faktor yang mempengaruhi inflasi kala itu adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang disertai dengan melonjaknya harga berbagai barang dan jasa.

Berkaca pada tahun lalu, menurut Hermanto, Aceh cukup berpotensi mengalami lonjakan inflasi dalam dua bulan ke depan meski angkanya bisa saja tak sampai 8 persen. “Tapi potensi ke sana ada, saya kira ini perlu diantisipasi bersama,” sebutnya.