INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Mantan Elite GAM Bersatu Kembali

KantoMaya News, Banda Aceh - Setelah sekian lama terpecah-pecah, sejumlah mantan kombatan dan elite GAM sepakat bersatu lagi. Kesepakatan itu dicapai dalam sebuah pertemuan terbatas di Hotel The Pade, Aceh Besar, Sabtu (28/7) malam.

Mereka yang hadir dalam pertemuan itu antara lain Juru Bicara GAM di Swedia Bakhtiar Abdullah, Ketua dan Wakil Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Muzakir Manaf dan Kamaruddin Abubakar (Abu Razak), M Nur Djuli dan Munawar Liza Zainal selaku mantan anggota tim perunding GAM di Helsinki serta anggota tim perunding GAM semasa CoHa, Amni bin Ahmad Marzuki.

Beberapa mantan Panglima GAM juga hadir, seperti Syekh Muharram dari Aceh Besar, Sarjani Abdullah dan Aiyyub Abbas dari Pidie dan Pidie Jaya, Zulkarnaini (Teungku Ni) dari Pasee, Muslim Hasballah dari Aceh Timur, Teungku Rani dan Helmi dari Aceh Tamiang serta Darwis Djeunieb dan Husaini M Amin (Teungku Batee) dari Batee Iliek.

“Pertemuan ini adalah sejarah, sebab lama kita tidak duduk-duduk bersama setelah terpecah-pecah dengan berbagai persoalan,” kata Muzakir Manaf yang akrab disapa Mualem saat membuka pertemuan sebagaimana pernyataan tertulis yang diterima Serambi, Minggu (29/7).

Ia mengharapkan, ke depan lebih sering lagi dilakukan pertemuan seperti ini dalam rangka membahas berbagai persoalan dan mencari jalan demi penguatan damai Aceh.

Bakhtiar Abdullah dalam pembukaannya menyampaikan bahwa perdamaian Aceh diraih setelah melalui konflik panjang. Karena itu menjadi tanggung jawab GAM dan seluruh rakyat Aceh untuk menjaga dan mengisinya. “Dengan menjaga kekompakan, maka kesejahteraan bagi rakyat Aceh mudah dicapai,” demikian Bakhtiar Abdullah.

Mantan Panglima GAM Wilayah Aceh Besar, Syekh Muharram saat dihubungi Serambi mengungkapkan, pertemuan pada malam itu menghasilkan sejumlah keputusan bersama, salah satunya adalah untuk bersatu lagi.

“Tadi malam itu pertemuan perdana. Jumlah yang ikut juga terbatas, hanya untuk mengambil keputusan bersama,” ungkap Muharram.

Lantas apa keputusan bersama itu? “Keputusan untuk bersatu lagi, kembali ke dasar. Semuanya sudah sepakat, demi penguatan damai Aceh,” lanjut Muharram.

Muharram menjelaskan, wacana untuk menggelar pertemuan para mantan kombatan dan tokoh GAM sebenarnya sudah muncul sejak lama. Ia bahkan termasuk pihak yang menjembatani komunikasi dengan para pihak sehingga terwujudlah pertemuan pada malam itu.

“Jadi ini merupakan inisiatif bersama. Semua ingin kembali bersatu setelah terpecah-pecah akibat kepentingan politik praktis. Pada pertemuan tadi malam, semua atribut partai kita lepas,” tutur Muharram.

Terkait teknis pelaksanaan untuk mewujudkan persatuan, pihaknya berencana akan menggelar pertemuan lanjutan yang lebih besar. Jadwalnya tergantung keputusan Mualem dan Bakhtiar Abdullah selaku pihak yang dituakan. “Dalam pertemuan itu juga kita putuskan untuk membuka Sekretariat GAM,” tambah Muharram.

Hal serupa juga disampaikan Munawar Liza Zainal. Dia menyampaikan bahwa pertemuan itu merupakan bagian dari upaya untuk memperkuat perdamaian Aceh yang sebentar lagi memasuki tahun ke-13, usia yang matang untuk sebuah perjanjian damai.

“GAM sebagai salah satu pihak yang menandatangani kesepakatan meyakini perdamaian ini perlu dijaga agar lestari. Di lain pihak, pemerintah juga dipercaya masih berkomitmen untuk menjaga kesepakatan itu,” ujar Munawar Liza.

Untuk mendukung perdamaian dan menambah erat persaudaraan, maka dilaksanakanlah pertemuan yang melibatkan para mantan kombatan dan tokoh GAM di Aceh dan Swedia. “Pertemuan itu berlangsung dengan suasana hangat dan penuh kekeluargaan,” demikian Munawar Liza.

http://aceh.tribunnews.com
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :