INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Nelayan Aceh Abaikan Larangan TNI dan Indonesia

Nelayan Aceh Abaikan Larangan TNI dan Indonesia

KantoMaya News, BANDA ACEH - Pemerintah melalui Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah melarang warga etnis Rohingya yang berasal dari Myanmar dan warga Bangladesh masuk ke wilayah Indonesia. TNI beralasan, manusia perahu tidak diizinkan masuk ke Indonesia karena masalah kedaulatan. Mereka pun tidak memiliki dokumen resmi. TNI hanya bersedia memberikan mereka bantuan berupa makanan dan bahan bakar kapal.

Namun, larangan tersebut tidak diindahkan nelayan Aceh. Dengan alasan kemanusiaan, nelayan dari beberapa kabupaten di Aceh mendaratkan hampir 2.000 imigran gelap dari dua negara itu ke wilayah Aceh.

Upaya penyelamatan terakhir dilakukan nelayan dari Julok, Kabupaten Aceh Timur, Rabu (20/5). Sejumlah perahu nelayan bahu-membahu menyelamatkan sekitar 400 warga etnis Rohingya dan Bangladesh yang terombang-ambing dengan mesin kapal mati dan kelaparan di tengah laut.

Jumat (15/5), sejumlah kapal penangkap ikan yang berasal dari Kuala Langsa, Kota Langsa dan nelayan di Kabupaten Aceh Tamiang, menyelamatkan sekitar 724 warga etnis Rohingya dan Bangladesh di perairan Kota Langsa. Sebelumnya, 584 warga Myanmar dan Bangladesh diselamatkan oleh nelayan dari Seunudon, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (10/5).

“Tidak mungkin kami mengikuti anjuran dari pemerintah yang melarang mereka masuk ke Indonesia. Kami melihat sendiri bagaimana mereka menderita kelaparan, kehausan, dan banyak yang sakit,” tutur Muslim, nelayan Julok.

Rabu malam, Muslim memang sedang tidak melaut. Namun, ia melihat sebuah perahu nelayan pulang membawa puluhan orang yang menderita. Mendengar masih banyak orang di tengah laut, ia langsung menghidupkan mesin perahu dan berlayar untuk membantu mengangkut imigran gelap tersebut. “Kami menangis saat melihat mereka terkapar lemah,” ujarnya.

Di antara orang-orang yang diselamatkan, ada anak-anak dan perempuan yang tergeletak tidak berdaya. Bahkan saat sampai ke daratan, puluhan dari mereka harus dilarikan ke rumah sakit.


“Jika menuruti perintah TNI, mereka bisa mati. Jika mereka mati, kami akan bersalah seumur hidup,” ucap Muslim.

Wahyuni, warga Desa Simpang Lhee, Julok, tempat etnis Rohingya didaratkan, mengatakan bahwa warga langsung membuka dapur umum saat mengetahui ada warga etnis Rohingya yang terdampar. Warga juga mencarikan pakaian bagi mereka.

“Beras dan lainnya disumbang warga dari berbagai desa. Kami menampung mereka di musala desa,” ucap Wahyuni.

Sejumlah desa bahkan mengumumkan melalui pengeras suara musala bahwa ada warga etnis Rohingya yang ditampung di Desa Simpang Lhee. Warga dari sejumlah desa di Julok dan kecamatan lain di Aceh Timur langsung berdatangan mengantar bantuan.

“Ini kami lakukan karena alasan kemanusian. Kami tidak peduli dengan hukum negara ketika ada orang di tengah laut yang hampir mati kelaparan dan kehausan,” tuturnya.

Sejumlah tokoh agama di Kabupaten Aceh Timur dan beberapa daerah lain di Aceh juga mengimbau masyarakat membantu warga etnis Rohingya yang terdampar di Aceh. Ini karena mereka sangat membutuhkan pertolongan.

“Islam menyuruh umatnya saling membantu. Bahkan yang harus dibantu bukan hanya sesama manusia, hewan saja disuruh dibantu jika melarat,” kata Wahyuni.

Sumber : Sinar Harapan
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :