INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Alasan Ridwan Kamil tak maju di Pilkada DKI Jakarta 2017

Alasan Ridwan Kamil tak maju di Pilkada DKI Jakarta 2017
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil di sebuah rumah makan di Bandung, Minggu, 29 November 2015.
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil memutuskan tak akan ikut serta maju dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017. Ridwan menyatakan akan melaksanakan tugasnya sampai akhir masa jabatannya di Bandung pada 2018.

"Saya mungkin saja maju ke Jakarta, tapi tidak sekarang. Alias tidak akan maju menjadi calon Gubernur DKI 2017," kata Ridwan melalui jumpa pers di Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Senin (29/2/2016) yang ditayangkan di akun Facebook-nya. "Pertimbangan terbesarnya adalah tugas saya belum selesai di periode pertama."

Ridwan mengatakan Kota Bandung sedang mengalami perbaikan meski belum sempurna. "Kalau menyebut Bandung sudah beres itu lebay. Tapi kalau dibilang Bandung tidak ada kemajuan juga bohong," katanya.

Dari sisi kinerja birokrasi, Ridwan menyebutkan Bandung berada di urutan teratas jauh dibandingkan tahun 2013 yang berada di atas seratus. Ia menambahkan perbaikan Kota Bandung juga dapat dilihat dari peringkat transparansi dan layanan publik.

Ridwan menambahkan ketika awal menjadi Wali Kota Bandung pada 2013, persoalan warga Bandung berdasarkan survei adalah jalan bolong, sampah, pedagang kaki lima, banjir dan kemacetan. Ridwan mengklaim jalan bolong dan sampah sudah tidak ada meski banjir dan macet masih menjadi pekerjaan rumah.

Ridwan mengatakan isu pencalonan Gubernur DKI menjadi perhatian banyak pihak sehingga perlu menjelaskan keputusannya ke publik. Ridwan mengatakan telah bertemu dengan sejumlah pihak membahas pemilihan Gubernur DKI ini dalam beberapa bulan belakangan.

Ia mengaku dipanggil Presiden Joko Widodo yang juga berdiskusi tentang pemiihan di Jakarta. "Saya menduga ini karena strategisnya kota Jakarta," ujar pria yang akrab dipanggil Emil ini.

Ridwan mengatakan Jokowi mengapresiasi kepemimpinannya di Bandung dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur Jakarta. Jokowi, kata Emil, ingin Ridwan dan Ahok tak berkompetisi di pilkada Jakarta 2017 nanti sehingga bisa tetap mencurahkan energi untuk negara.


Sebelum menyampaikan tak ikut pemilihan di Jakarta, Ridwan juga menampung pendapat dari masyarakat dan media sosial. Emil mengatakan telah menggelar survei internal.

Di facebook, Emil meminta pendapat netizen dengan pertanyaan: Perlukah saya pergi ke Jakarta untuk ikut pilkada Gubernur DKI 2017? Mohon alasannya. Hatur nuhun.

Laman facebook ini telah dikomentari lebih dari 50 ribu orang dari berbagai latar belakang. Sebagian besar meminta Emil bertahan di Bandung melanjutkan sisa jabatannya.

Faktor lain yang kian meneguhkan Emil untuk terus bertahan di Bandung adalah keluarga. Ia mengatakan telah berdiskusi dengan anak, istri dan ibunya.

"Mungkin nanti setelah selesai, saya bisa berkiprah di mana saja. Mungkin bisa ke Jakarta, ke Jawa Barat, melanjutkan menjadi Wali Kota bandung atau memenuhi aspirasi keluarga saya yang rata-rata ingin saya menjadi arsitek lagi karena hidup jauh lebih normal."

Takut Ahok?

Dalam sejumlah survei, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama selalu berada di urutan teratas dari sisi popularitas maupun keterpilihan calon Gubernur DKI pada pemilihan 2017. Hasil sigi lembaga Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memperlihatkan Basuki belum memiliki lawan tangguh dari sisi ketenaran maupun keterpilihan.

Berdasarkan survei, tingkat popularitas Ridwan Kamil berada di kisaran 60-70 persen, sedangkan keterpilihannya 15-20 persen. Sedangkan Ahok popularitasnya selalu di atas 90 persen dan keterpilihannya paling sedikit 40 persen. Munculnya Ridwan Kamil dalam kandidat calon Gubernur DKI memang mengurangi tingkat elektabilitas Ahok.

Dengan hitungan sejumlah survei itu muncul spekulasi Ridwan takut menghadapi Ahok. "Bagi saya, hitungan itu bukan ukuran. Kalau sudah memutuskan maju, semua bisa disiasati," ujar Emil."Semua ada ilmunya."

Emil mencontohkan ketika maju sebagai Wali Kota Bandung pada 2013. Survei tingkat elektabilitas Emil hanya berkisar 6 persen sedangkan calon inkamben Dada Rosada diperkirakan selalu berada di atas 30 persen. Kenyataannya, Ridwan akhirnya bisa menang sampai 45 persen.

Ridwan mengatakan bersahabat dengan Ahok. Ia juga keputusan mundur juga tak serta merta mendukung Ahok. Ridwan mengatakan tetap netral dalam pemilihan Gubenur DKI Jakarta. "Saya tak punya pengaruh juga di Jakarta," ujar Ridwan.

Ahok telah menggandeng wakilnya Djarot Saiful Hidayat kembali mendampinginya dalam pemilihan 2017. Dalam wawancara dengan Beritagar, Ahok menegaskan akan memprioritaskan maju melalui jalur independen meskipun sejumlah partai seperti NasDem dan PDI Perjuangan turut mendukung Ahok.

Beritagar.id
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :