INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Upaya manusia menciptakan Matahari

Upaya manusia menciptakan Matahari
Dalam upaya mencari sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, para ilmuwan Tiongkok membuat terobosan baru. Dalam sebuah percobaan fusi nuklir, mereka berhasil menciptakan plasma bersuhu tinggi, sekitar 50 juta derajat Celsius, dan denyut plasma itu bisa ditahan selama 102 detik.

Hasil tersebut dicapai tim peneliti Hefei Institute of Physical Science di Chinese Academy of Science, menggunakan alat fusi nuklir bernama Experimental Advanced Superconducting Tokamak (EAST) --dijuluki "Matahari buatan"-- pada Januari 2016. Demikian dikabarkan koran Tiongkok, People's Daily, yang dikutip FirstPost, Kamis (17/3/2016).

"Sebuah matahari buatan bisa menyediakan energi tak terbatas melalui fusi termonuklir yang terkontrol," kata Xu Jiannan, seorang peneliti di China Academy of Engineering Physics.

Suhu 50 juta derajat Celsius yang dicapai tersebut nyaris empat kali panas pada inti Matahari, yang disebut Space.com, mencapai 15 juta derajat Celsius.

Proyek eksperimen fusi nuklir para ilmuwan Jerman yang menggunakan mesin Wendelstein 7-x, dikabarkan BBC, juga pernah menghasilkan plasma superpanas namun hanya mencapai 1 juta derajat Celsius dan bertahan 0,1 detik.

Menurut Gizmag, percobaan ini dilatari keinginan untuk mengkreasi ulang reaksi fusi nuklir yang terjadi di bintang-bintang, termasuk Matahari. Reaksi fusi tersebut terjadi saat nukleus atom bertabrakan dan bergabung untuk membentuk atom-atom helium. Proses tersebut menghasilkan energi yang sangat besar.

Pada Matahari, panas dan cahaya dihasilkan oleh fusi dua keluarga hidrogen, yaitu deutrium dan tritium. Itulah yang coba dilakukan di dalam EAST.

Tim EAST sendiri telah menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk mencapai suhu 100 juta derajat Kelvin dan menahan denyut plasma selama lebih dari 1.000 detik, atau sekitar 17 menit.

Jika panas sebesar itu bisa dikontrol oleh manusia dan suhunya dipertahankan lebih lama, impian manusia untuk memiliki sumber energi baru untuk menggantikan bahan bakar fosil yang tak terbarukan, bisa menjadi kenyataan.
Fusi nuklir yang ramah lingkungan

Selain itu, reaksi fusi nuklir juga lebih ramah lingkungan. Tidak seperti reaksi fisi nuklir (pembelahan atom) yang sudah lama digunakan manusia sebagai sumber energi namun menghasilkan limbah radioaktif yang berbahaya.

"Reaktor fusi tidak bisa meledak, bahan bakarnya tidak radioaktif untuk jangka panjang dan bisa menjadi sumber energi yang tidak terbatas," kata Thomas Jarboe, profesor fisika dari Universitas Washington, kepada VOA.

"Tidak meninggalkan polusi di bumi, tidak ada bekas, tidak ada limbah radioaktif atau gas rumah kaca. Pada dasarnya fusi nuklir adalah sumber energi yang ideal."

Namun memulai proses fusi ini sangat sulit karena, seperti telah disebutkan sebelumnya, kita harus meniru proses yang terjadi pada permukaan bintang dan hal itu dilakukan dalam ruangan tertutup.

Biaya untuk membuat peralatannya pun sangat mahal. Tiongkok memang tidak mengungkap berapa yang mereka habiskan untuk EAST, tetapi sebuah proyek Wendelstein 7-x telah menghabiskan dana EUR1 miliar (Rp14,75 triliun) selama sembilan tahun terakhir. Demikian dikabarkan BBC.

Karena biaya yang mahal dan teknologi yang rumit itulah, 35 negara berkolaborasi dalam proyek pembuatan reaktor fusi nuklir terbesar di dunia, ITER (International Thermonuclear Experimental Reactor), di Cadarache, Prancis.

Biaya pembuatannya?

Menurut Sciencemag, pada 2003 pembangunan ITER diperkirakan akan menghabiskan uang sekitar USD5 miliar, tetapi kini diprediksi membutuhkan USD21 miliar (Rp309,9 triliun)hingga konstruksi selesai dan siap difungsikan pada 2024 atau 2025.

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :