INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Gastra Foundation Kaji Potensi Ekonomi


KantoMaya News |BANDA ACEH – Gastra Foundation bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Provinsi Aceh mengadakan workshop untuk menggali potensi ekonomi petani dan nelayan Aceh di Sulthan Hotel, Banda Aceh, Kamis, 7 Mei 2015.

Ketua Gastra Foundation, Nasir Ibrahim, mengatakan kegiatan diikuti oleh 30 peserta dari Kabupaten/Kota yang ada di Aceh.

“Pelaksanaan workshop ini didasari oleh realitas saat ini yang dihadapi oleh para petani dan nelayan, yaitu menyangkut dengan minimnya produktivitas yang mereka hasilkan dalam dua tahun terakhir disatu sisi,” katanya.

Di sisi lain, fokus visi dan misi pemerintah Aceh saat ini adalah berupaya mengoptimal pembangunan bidang ekonomi masyarakat melalui sektor-sektor riil yang ada. “Sungguh ironis jika dalam dua tahun terakhir produktivitas yang dihasilkan petani dan nelayan belum optimal,” ujar Nasir.

Dikatakannya lagi, Gastra Foundation ikut ambil bagian untuk mengantisipasi terjadinya kemerosotan ekonomi para petani dan nelayan di Aceh melalui Workshop yang menghadirkan narasumber dari Fakultas Ekonomi Universitas Serambi Mekkah, Nasir Ibrahim, SE, M.Si, Kepala BPM Aceh Drs. Zulkifli, HS,MM dan Ketua Komisi I DPRA H.Abdullah Saleh, SH.

Abdullah Saleh, dalam kegiatan tersebut mengatakan kebijakan pemerintah Aceh yang masih belum maksimal dalam mengimplimentasikan dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian.

Ia mengatakan, pentingnya sektor riil bidang pertanian dan perikanan ini terus diupayakan. “Aceh itu daerah agraris, masak kita harus impor beras, laut kita juga luas, tapi kita harus mengimpor garam dari daerah lain, ini aneh, benar-benar aneh,” ujar Abdullah Saleh.

Selain itu, ia juga bercerita pola ketahanan pangan yang pernah dibangun masa dahulu. “Saya ingin bercerita masa lalu sedikit, masa dimana “pala edang paya” (nama padi 1960an) ditanam di persawahan Aceh selama setahun sekali panen, namun bisa bertahan untuk tahun berikutnya,” ujarnya.

Menurutnya, dulu ketika menangkap ikan di sungai, tidak pernah diracun, dan malah sekarang ini ada yang mengambil ikan dengan menggunakan bom yang dapat merusak ekosistem air. “Kenapa kita hanya diam seribu alasan melihat fenomena ini, kenapa kita tega melihat pertanian Aceh hancur, padahal dari dulu kita hidup dari hasil pertanian,” ujarnya.

Abdullah Saleh berharap agar semua stakeholders yang ada di Aceh agar secara serius membangun perekonomian Aceh dengan didasarkan pada sistem ekonomi Islam. “Kita semua, pemerintah, legeslatif dan semua unsur harus mendorong sistem perekonomian Aceh dengan ekonomi Islam,” ujarnya.

“Salah satu hal yang sudah dicapai saat ini adalah mampu dicapainya kesepakatan dalam mengkonversikan Bank Aceh konvensional ke Bank Aceh Syariah,” ujarnya lagi.

Dikatakannya lagi, pembangunan Aceh harus dilakukan dengan dua cara, pertama dilakukan dengan sungguh-sungguh, dan kedua dengan berdoa dan mengharapkan ridha Allah.

“Saya sebagai Ketua Komisi I akan berupaya melahirkan regulasi terkait dengan pembangunan serta pemberdayaan petani dan nelayan di Aceh dengan pola pembangunan partisipatif yang kompetitif, Insyaallah formula tersebut akan mampu memberikan perubahan untuk kemakmuran petani dan nelayan Aceh menuju Aceh bermartabat,” ujar Abdullah Saleh.

Sumber : portalsatu. com
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

1 comment :

  1. Saya tertarik dengan artikel yang ada di website anda yang berjudul " Gastra Foundation Kaji Potensi Ekonomi ".
    Saya juga mempunyai jurnal yang sejenis yang bisa anda kunjungi di Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis

    ReplyDelete