INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Lama Tuha dan Komoditas Oen Rukok Pucoek


Lama Tuha dan Komoditas Oen Rukok Pucoek

Alam tidak hanya menyediakan lahan, namun juga menyediakan bahan mentah yang tumbuh alami dengan sedikit sentuhan tangan untuk manusia berproduksi. Salah satunya adalah di Gampong Lama Tuhan, Mukim Krueng Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) yang areal rawa-rawanya ditumbuhi pohon nipah. Masyarakat setempat telah memanfaatkan daun muda dari pohon itu menjadi daun rokok, yang di Aceh dikenal dengan oen rukok pucoek.

KantoMaya News - Itulah laporan liputan harian Serambi Indonesia pada hari Selasa (26/5) melalu wartawannya Zainun Yusuf tentang profil Gampong Lama Tuha yang empat tahun lalu masih terisolir, karena akses ke dan dari Gampong itu melewati sungai Krueng Batee menggunakan transportasi rakit. Namun kini Lama Tuha telah dapat diakses dengan mudah, setelah dibangun jembatan rangka besi baja melewati sungai itu.

Lama Tuha dan Komoditas Oen Rukok Pucoek

Melaut (nelayan) adalah andalan utama mata pencarian ekonomi masyarakat Lama Tuha, disamping ada juga usaha tambak ikan air tawar di areal rawa-rawanya. Dan karena rawa-rawanya ditumbuhi pohon nipah, maka sebagian masyarakat telah memanfaatkan daun mudahnya untuk diproduksi menjadi daun rokok, yang selain digunakan untuk konsumsi sendiri, juga dijadikan komoditi jual hingga keluar wilayah Gampong tersebut.

Selain itu, sebagaimana ditulis Serambi, Lama Tuha juga telah menjadi salah satu kawasan objek wisata terkenal di Abdya, melalui daya pikat bentangan pantainya yang menghampar itu.

Oen rukok pucoek sebenarnya memiliki pasarnya sendiri yang tidak mudah digilas oleh persaingan rokok kretek dengan berbagai macam merk terkenal masuk ke Aceh. meskipun dominan pemintnya di kalangan orang tua, rukok pucoek, tidak hanya sekedar memberi kepuasan dalam rasa bagi penikmatnya, namun juga menunjukkan suatu seni melinting sebagai bentuk kepuasan lain.

Keahlian mendayagunakan pucuk muda daun nipah itu bagi masyarakat Lama Tuha telah diwarisi secara turun temurun dari para orang tua mereka, karena dari dahulu alamnya telah menyediakan berkah itu. Warga Lama Tuha Hasan Jamil (32) kepadaSerambi mengatakan, “proses pembuatan daun rokok pucuk perlu waktu lima hari, sejak memotong pucuk nipah, mengupas, menjemur, dan mengolahnya menjadi daun rokok berwarna putih.”

Jamil menambahkan bahwa butuh keahlian tersendiri, termasuk memberi campuran tertentu untuk menghasilkan daun menjadi berwarna putih. Dan ia menjelaskan pasar oen rukok pucoek pasarnya masih tinggi, terutama di pasar ibukota kabupaten Abdya, Blangpidie, yang dibandrol seharga Rp 2.000 per ikat (100 lembar)

Sumber : adatkita.com

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :