INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Thomas Lembong, Lulusan Arsitektur Harvard Pilihan Jokowi

Thomas Lembong, Lulusan Arsitektur Harvard Pilihan Jokowi

KantoMaya News -- Hiruk pikuk perombakan Kabinet Kerja oleh Presiden Joko Widodo memunculkan hal menarik, baik dari pejabat yang kehilangan kursi maupun mereka yang dilantik menjadi pembantu presiden. Ada satu nama menteri yang paling membuat publik penasaran, hingga namanya paling banyak dicari di mesin pencari Google, Rabu siang (12/8).

Dia adalah Thomas Lembong, alumnus Universitas Harvard, Amerika Serikat, yang didapuk menjadi Menteri Perdagangan, mendepak Rahmat Gobel yang harus angkat kaki diiringi kasus bongkar muat (dwelling time) di kementeriannya. Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menyebut, Thomas dipilih langsung Jokowi dan bukan rekomendasi dari pihak-pihak lain.

Pria kelahiran tahun 1971 ini lulus dari Harvard tahun 1994 dengan gelar Bachelor of Arts di bidang arsitektur dan tata kota. Pada tahun yang sama, Thomas bergabung dengan investment bank Morgan Stanley di New York dan Singapura.

"Memang betul, dia (Thomas) dipercaya karena Pak Jokowi sudah tahu betul bagaimana mempresentasikan Indonesia ke luar negeri, investor-investor mempercayai (Thomas)," kata Sofyan di Jakarta, Rabu kemarin (12/8).

Nama Thomas sudah beredar di media sejak Rabu pagi kemarin. Namun kepastian dia dilantik menggantikan Rahmat Gobel baru terkonfirmasi saat pelantikan dilakukan di Istana Negara, Jakarta.

Segera setelah itu, mesin pencari langsung diburu netizen yang penasaran dengan sosok Thomas. Puncak pencarian nama Thomas terjadi pada pukul 14.00 WIB.

Sofyan menceritakan, Jokowi melirik Thomas lantaran dia dianggap memiliki kemampuan mumpuni soal pengaturan aset, finansial, dan diyakini bisa membantu meningkatkan serta mengendalikan sektor perdagangan tanah air.

Thomas diminta segera beradaptasi dengan situasi dan diminta bekerja keras mengingat sektor perdagangan saat ini tengah carut marut: harga daging sapi melonjak tajam dan penyidikan kasus bongkar muat oleh Polda Metro Jaya.

Menurut Sofyan, yang digeser ke posisi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Thomas harus bisa langsung mengambil langkah taktis dan strategis untuk mencari jalan keluar atas persoalan di dalam negeri.

"Saya pikir 65 persen dari semua aktivitas perdagangan ada di dalam negeri, sisanya baru ke luar negeri," ujar Sofyan.

Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) sekaligus Tim Ahli Wakil Presiden Sofyan Wanandi mengatakan, Thomas sejak awal juga telah membantu Jokowi dalam aktivitas promosi perdagangan Indonesia ke mancanegara.

“Dia (Thomas) banyak membuat peta untuk promosi Indonesia di luar negeri, di sana Jokowi kenal dia,” tutur Sofyan.

Selain Morgan Stanley, sejumlah perusahaan yang sempat menaungi Thomas yaitu Deutsche Bank di Jakarta periode 1998-1999; mengerjakan rekapitalisasi dan merger Bank Bumi Daya, Bank Eksim, Bank Dagang Negara dan Bank Bapindo menjadi Bank Mandiri; Senior Vice President dan Kepala Divisi penanggung jawab restrukturisasi dan penyelesaian kewajiban Salim Group kepada negara akibt Bank BCA runtuh pada krisis moneter 1998.

Thomas juga menggalang Farallon Capital, investor hedge fund dari Amerika Serikat dengan dana kelola sebesar US$ 20 miliar dan Djarum Group untuk membentuk joint venture Farindo Investments tahun 2002-2005; pada periode 2006-2014 Thomas menjadi CEO Quvat Management, perusahaan pengelola investasi yang dia dirikan tahun 2006.

Sumber : Jakarta, CNN Indonesia
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :