INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Periskop 2016: Isu Penting bagi Capres AS

KantoMaya News --  AMERIKA Serikat (AS) akan kembali melangsungkan pemilihan presiden pada 2016. Mereka akan memilih presiden ke-45 sebagai suksesor Barack Obama. Presiden berkulit hitam pertama itu tidak akan ambil bagian dalam kontestasi calon presiden karena sudah mengemban jabatan selama dua periode berturut-turut.

Sesuai Amandemen Konstitusi ke-22, seorang presiden yang sudah menjabat dalam dua periode berturutan tidak akan dapat dipilih lagi. Dalam satu periode, Presiden AS akan menjabat selama empat tahun.

Partai petahana, Demokrat, mengajukan tiga nama bakal calon presiden yaitu Hillary Clinton, Martin O’Malley, dan Bernie Sanders. Sedangkan Partai Republik seperti masih kesulitan mengerucutkan jagoannya. Tercatat Jeb Bush, Ben Carson, Chris Christie, Ted Cruz, Carly Fiorina, Jim Gilmore, Mike Huckabee, John Kasich, Rand Paul, Marco Rubio, Rick Santorum, dan Donald Trump merupakan bakal calon dari partai yang bernama lain Grand Old Party itu. Dari 12 nama, diprediksi akan mengerucut menjadi empat kandidat kuat yakni Donald Trump, Ben Carson, Jeb Bush, dan Marco Rubio.

Tentu di dalam setiap pemilihan presiden ada isu-isu penting yang akan mengangkat popularitas dan elektabilitas mereka di mata publik. Sebagai contoh, ketika terpilih kembali untuk kedua kali pada 2004, George W Bush, mengangkat isu mengenai pemberantasan terorisme utamanya Al Qaeda. Sebagaimana diketahui, pada 11 September 2001 dua menara kembar di World Trade Centre, New York, menjadi sasaran serangan teroris.

Pada 2008, isu penting yang mengemuka adalah melemahnya perekonomian AS usai turunnya nilai saham Lehmann Brothers di lantai bursa. Obama dengan cerdik menggunakan isu tersebut untuk mengantarnya menduduki kursi kepresidenan sekaligus menyingkirkan John McCain, saingannya dari Partai Republik. Mantan Senator Illinois itu menggunakan slogan “Yes, We Can” dalam setiap kampanyenya.

Pada Pilpres 2016, isu yang dianggap penting dan dapat mengangkat popularitas serta elektabilitas capres AS adalah pembagian aliansi di Timur Tengah, Laut China Selatan (LCS), dan kontrol senjata. Pakar politik internasional, Arya Sandhiyudha, menganggap tiga isu tersebut akan mengerek popularitas seorang capres AS saat ditemui beberapa waktu lalu.

“Terbentuknya aliansi baru di Timur Tengah atas konflik Suriah akan memiliki dampak bagi pemilihan presiden AS. Arahnya nanti akan ke sana. Tapi, AS juga punya konsentrasi lain yaitu bagaimana menguatkan hubungannya dengan Filipina terkait LCS,” ujar Arya, Kamis (7/1/2016).

Menurut pria yang bertugas di Komisi I DPR RI itu, AS sudah setuju untuk menggelontorkan dana besar bagi Filipina pada 2016. Filipina dipilih karena merupakan negara yang paling gencar memprotes aktivitas Negeri Tirai Bambu di LCS.

Gelontoran dana besar itu merupakan bantuan untuk menangkal China karena AS tidak mau terjun langsung dalam konflik. AS juga lebih memilih untuk terlibat dalam perang dengan memberikan bantuan persenjataan dan program pelatihan tentara.

“Pilihan AS untuk tidak berperang langsung dalam sejumlah konflik seperti di Timteng atau LCS masih akan bertahan. Siapa pun capres yang mengusung program tersebut saya pikir akan memiliki peluang besar,” lanjut Arya.

Mahasiswa S-3 Universitas Fatih Turki itu memprediksi pemenang Pilpres AS akan kembali berasal dari Partai Demokrat. Ini berarti Hillary Clinton, Bernie Sanders, dan Martin O’Malley akan menjadi suksesor Obama untuk empat tahun ke depan.

Sumber : Okezone.com

Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :