INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Ini Dia Para penerus setelah Santoso tewas

Ini Dia Para penerus setelah Santoso tewas
KantoMaya News -- Pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah, dan anak buahnya, Mukhtar, dipastikan tewas dalam kontak senjata di Tambarana Poso, Senin, 18 Juli 2016 sore. Meski komandannya tewas, kelompok bersenjata ini masih memiliki Basri alias Bagong serta Ali Kalora.

Basri merupakan tangan kanan Santoso yang dikenal sebagai penembak jitu. Ia sempat dikabarkan tewas, sebelum akhirnya polisi memastikan jenazah kedua adalah Mukhtar.

"Semula, kami berpendapat, kalau Santoso tertangkap, pasti penggantinya si Basri. Tapi jika Santoso dan Basri ini benar tewas dan enggak ada, pengganti mereka adalah Ali Kalora," ujar Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi melalui Kompas.com.

Hasil identiikasi serta pemeriksaan DNA menunjukkan jenazah kedua bukan Basri. Orang kedua di Mujahidin Indonesia Timur dikenal memiliki kemampuan, kompetensi dan kepemimpinan.

Laporan International Crisis Group (ICG) pada Januari 2007 menyebutkan, Basri dikenal sebagai seorang penembak jitu. Ia dicurigai terlibat dalam kasus pemenggalan siswi SMU Poso dan kepala desa Pindedapa setahun sebelumnya, serta dalam kasus penembakan Pendeta Susianti Tinulele pada Juli 2004.

Sebelum konflik Poso, Basri yang ibunya asal Jawa dan bapak Bugis, hidup dari berjualan ikan, ayam dan sayur-sayuran. Ia pernah menjadi anggota sebuah band musik rok.

Ketika konflik pecah, Basri bergabung dengan kelompok Muslim dan mendapat pelatihan militer dari alumni Afganistan yang datang ke Poso. ICG menulis, Basri merupakan murid terpandai dan paling berbahaya.

Pada 2007, Basri pernah ditangkap dan ditahan dengan tuduhan kejahatan terorisme. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis 19 tahun penjara pada Desember 2007.

Basri ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II/A Ampana, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Basri kabur pada 19 April 2013 saat menjenguk keluarganya yang sakit keras di Kabupaten Poso yang berjarak sekitar 230 kilometer dari Kabupaten Tojo Una-Una.

Rekam jejak Basri menjadikannya orang yang disegani di Poso. Tapi, Kelompok Mujahidin Indonesia Timur tak hanya berhenti di sosok Santoso dan Basri. kelompok ini masih memiliki figur pengganti Santoso seperti Ali Kalora.

Kepala Polda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi mengatakan Ali Kalora berpotensi menjadi 'Santoso baru' karena latar belakang pengalamannya yang cukup senior. Ali Kalora merupakan pemimpin tim selain tim yang dipimpin Santoso di pegunungan Poso. Pria bernama asli Ali Ahmad tersebut memimpin 16 orang.

Polisi juga menengarai sosok Amham Mubaroq alias Baroq yang juga berpotensi melanjutkan gerilya tersebut. Baroq merupakan pria asal Bima, Nusa Tenggara Barat, dekat dengan istri Santoso yang juga diajak gerilya di hutan Poso.

Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian mengatakan Ali Kalora tak sekaliber Santoso dan Basri. "Ali Kalora tak memiliki kemampuan, kompetensi, leadership seperti Basri dan Santoso," kataTito kepada Detikcom.

Tito mengatakan kekuatan kelompok Mujahidin Indonesia Timur kian melemah. Ia menambahkan Operasi Tinombala tetap dilanjutkan sampai kelompok bersenjata ini benar-benar lumpuh.

Beritagar.id
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :