INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Kiai Gulen menduga pemerintah Turki rekayasa kudeta

Kiai Gulen menduga pemerintah Turki rekayasa kudeta
KantoMaya News -- Kudeta militer di Turki yang menewaskan ratusan orang masih menyisakan tanya. Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menuding seorang ulama Turki di pengasingan, Fethullah Gulen, sebagai otak kekisruhan. Sementara itu, dari pihak yang dituduh, pernyataan Erdogan justru dipandang "persekongkolan yang biasa (diarahkan) kepada Gulen.''

Gulen seorang kiai bermazhab Hanafi. Kondisi kesehatannya payah ketika percobaan kudeta pecah. Berusia 75 tahun, tekanan darahnya mesti diperiksa sebelum ia menghadapi sekumpulan wartawan yang berencana mewancarainya. Pada kesempatan itu, seperti dilaporkan laman Inggris, The Guardian, Gulen malah balik menduga pemerintah Turki sendiri yang merekayasa kudeta.

"Saya tidak yakin (masyarakat internasional) memercayai tudingan Presiden Erdogan," ujarnya pada Sabtu (16/7) dari rumah penyendiriannya di Pennsylvania, Amerika Serikat. "Ada kemungkinan kudeta itu dilancarkan (Partai Keadilan dan Pembangunan--partai Erdogan)," tambahnya.

Para juru foto dilarang mengambil foto orang-orang yang tinggal di dalam kompleks tempat tinggal itu. Pasalnya, keberadaan foto akan membahayakan jiwa "mereka dan keluarga yang kemungkinan menjadi objek balas dendam di tanah air.''

Presiden Erdogan sempat meminta pemerintah Amerika Serikat memulangkan Gulen ke negerinya. Ia dikenai sangkaan sebagai pemimpin teroris dan sang perancang kudeta.

Saat berpidato di depan khalayak luas Istanbul kurang dari 24 jam setelah permintaannya kepada masyarakat untuk melawan militer di jalan-jalan, Erdogan berkata bahwa Gulen "sudah menyiapkan kudeta di Turki.'' Tapi, masalahnya, ujar sang presiden seperti dikutip laman Anadolu Agency, "kalian semua tidak mau menyimak.''

Padahal, sebelum menjadi eksil di AS, Gulen adalah seorang ulama berpengaruh di negerinya.

Aktivitas sebagai seorang pembesar agama telah mulai dilakoni sejak dasawarsa 1960-an dan 1970-an. Ajarannya menitikberatkan pada aliran Sunni yang menekankan kerja sama serta toleransi. Dilansir laman Vox, ia memandang segala yang disebut modern tidak berseberangan dengan Islam. Pun, Gulen tidak lupa mementingkan pendidikan umum, bukan hanya kurikulum madrasah semata.

Gerakan itu, yang berjuluk hizmet, atau pelayanan, tidak hanya menyebar luas di Turki, tapi juga negara lain seperti Pakistan dan AS. Telah banyak kelompok yang terafiliasi dengan Gulen menjalankan 100 sekolah otonom di AS.

Sekolah-sekolahnya menonjolkan matematika dan pengetahuan umum. Mereka tidak memaksakan orang di luar Islam untuk menjadi mualaf.

Ihwal hubungan dengan Erdogan, Gulen pernah menjadi sekutu terdekatnya. Ia sosok yang turut memperteguh kekuasaan pemimpin Turki itu pada awal-awal otoritasnya.

Sementara banyak simpatisan partai AKP datang dari lingkungan pengusaha, seperti dilansir The Irish Times, para pengikut Gulen lebih nyaman bekerja dari lingkungan birokrasi negara. Banyak dari mereka yang aktif di kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Musuh bersama Gulen dan Erdogan pun kerap diseret ke pengadilan.

Pada akhir 2013, keduanya bersitegang setelah Gulen mengecam kian kuatnya Erdogan mencengkeram kekuasaan. Erdogan pada November tahun itu mengumumkan rencananya untuk menutup prep school--kelas mingguan yang dibuka untuk menyiapkan diri menghadapi ujian di universitas. Seperempat dari sekolah itu dioperasikan oleh para pengikut Gulen.

Sebulan kemudian, seorang jaksa di Istanbul yang diyakini sebagai anggota gerakan Gulen, memulai penggerebekan terhadap belasan orang--di antaranya para putra tiga menteri, seorang walikota dari partai AKP, para pengusaha, dan birokrat. Mereka dituding terlibat skandal korupsi besar-besaran. Perkaranya, pemerintah disangka menukar emas diam-diam dengan minyak Iran. Padahal, saat itu Iran tengah menghadapi embargo ekonomi dunia.

Beritagar.id
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :