INTERNASIONAL

[internasional][bleft]

NASIONAL

[nasional][bleft]

ACEH

[aceh][bleft]

TEKNOLOGI

[teknologi][threecolumns]

EKONOMI

[ekonomi][bleft]

SPORT

[sport][threecolumns]

Batu Nisan Aceh Difilmkan

KantoMaya News, BANDA ACEH - Sebuah film dokumenter mengenai batu nisan Aceh, telah diproduksi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Aceh belum lama ini. Film besutan rumah produksi Layar Kaca Intervision tersebut, saat ini sudah masuk tahap pemutaran. Proses syuting memakan waktu dua bulan, yaitu Juli-Agustus 2017.

“Filmnya dalam bentuk 1.500 keping DVD dan sudah mulai diputar sejak September. Desember nanti akan dikirim ke dinas-dinas terkait, sekalian dengan buletin. Publikasi film ini juga dilakukan secara berkeliling, terutama ke daerah-daerah yang sulit mengakses informasi,” papar Kepala Seksi Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan BPCB Aceh, Toto Harryanto MHum, menjawab Serambi, Rabu (25/10).

Ia menjelaskan, film menjadi media yang efektif untuk publikasi. Sementara ide cerita berupa batu nisan, pertimbangannya mengingat situs tersebut merupakan peninggalan budaya Islam. Sehingga generasi sekarang tahu riwayat dan asal muasalnya, sekaligus bangga sebagai orang Aceh. Tujuannya tak lain untuk penguatan karakter bangsa.

Ini merupakan kali pertama bagi pihaknya menggandeng rumah produksi. Sebelumnya, produksi film dokumenter dikerjakan sendiri oleh BPCB Aceh. Toto menjelaskan, saat ini sejumlah ide film dokumenter dengan tema berbeda sedang diajukan ke pusat. Namun untuk realisasinya, menunggu tahun 2018.

Empat orang arkeolog, Deddy Satria SS, Dr Husaini Ibrahim MA, Adhi S, dan Dra Hj Dahliqa MA, memberikan pendapat mengenai nilai-nilai tinggi pada batu nisan yang ada. Deddy yang sangat tekun dalam merawat relief pahatan, epigrafi pada batu nisan Aceh mengatakan, temuan-temuan batu nisan mulai di kawasan Aceh Besar pada lokasi bekas Kerajaan Lamuri Islam, abad 13-16, itu sungguh mencengangkan.

“Kita bisa membaca betapa budaya Aceh masa lampau itu sangat bernilai tinggi. Nukilan-nukilan pada batu nisan itu mengisahkan hubungan kerajaan dari Lamuri Aceh Besar sampai ke Samudera Pasai,” kata Deddy dalam narasi film itu.

Produser film, sineas Layar Kaca, Maulana Akbar menjawab Serambi mengatakan, pihaknya telah menerobos berbagai lokasi yang sulit bersama beberapa arkeolog. Terutama untuk mengambil gambar-gambar lokasi kuburan kuno, maupun tempat-tempat bahan baku batu nisan. Film itu menjadi dokumen penting sejarah Aceh.

“Jika dikaitkan dengan usaha merekonstruksi kembali peninggalan-peninggalan kerajaan, maka batu-batu nisan itu menjadi penting artinya,” ujar Maulana.

Katanya, nisan-nisan kuno bukan sesuatu yang menakutkan. Pada batu-batu nisan terdapat jejak kehidupan masa lalu, yang terlukis melalui epigrafi. Film dokumenter itu berdurasi sekitar 40 menit, diberi judul ‘Batu Nisan Aceh, Warisan Peninggalan Masa.’

Berkenaan dengan teks yang terdapat pada batu-batu nisan itu Dra Hj Dahlia MA, seorang yang ahli membaca aksara batu-batu nisan mengatakan, masing-masing pemahat ada gayanya. Hal itu memang menjadi ciri khas masing-masing pemahat. “Namun mereka tidak bermaksud untuk membuat hasil pahatannya sampai tidak bisa dibaca orang,” ujar Dahlia.

Diterangkan, selama ia meneliti berbagai kaligrafi nisan, ia menemukan sesuatu yang khas. Yaitu suatu puisi sufi yang terpahat di kepala bagian atas nisan makam Sultan Alaidin Riayat Syah. Bunyi puisi itu, kalau diartikan menjadi. “Kematian adalah satu-satunya jembatan menuju kekasih”.

Ditafsirkan, bahwa itu dimaksudkan tidak ada ketakutan pada mati. “Karena kematian adalah jembatan menuju kekasih abadi, yakni Allah,” ujar Dahlia.

Arkeolog lainnya yang berkomentar adalah Dr Husaini Ibrahim MA dan Adhi . Mereka memberikan pendapat yang sama berkenaan temuan-temuan batu nisan Aceh itu. Keduanya berharap benda-benda bersejarah itu diselamatkan masyarakat dan dilindungi oleh pemerintah.

aceh.tribunnews.com
Post A Comment
  • Blogger Comment using Blogger
  • Facebook Comment using Facebook
  • Disqus Comment using Disqus

No comments :